SEMUA INFORMASI TENTANG KAMI

Temukan di sini semua informasi tentang Walhi Kalbar, mulai dari program, berita, kegiatan dan berbagai info terkait lainnya

Main Posts Background Image

Main Posts Background Image
Showing posts with label Program Walhi. Show all posts
Showing posts with label Program Walhi. Show all posts

Thursday, September 1, 2022

Walhi Kalbar Pantau Restorasi Gambut dengan Aplikasi Android di 5 KHG

Walhi Kalbar Pantau Restorasi Gambut dengan Aplikasi Android di 5 KHG

Untuk memastikan sejauhmana upaya pemulihan ekosistem gambut, Walhi Kalimantan Barat melakukan pemantauan aktivitas restorasi dengan menggunakan aplikasi Avenza Maps dan juga OsmAnd. Kalimantan Barat dengan luas kawasan gambutnya mencapai 1,7 juta hektar dengan hutannya yang masih tersisa kerap menjadi sumber bencana asap akibat karhutla, termasuk di wilayah Ketapang dan Kayong Utara.

“Aktivitas pemantauan ini dilakukan di 5 Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) yang berada di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara” ungkap Andreas S Illu, Kadiv Advokasi dan Jaringan Walhi Kalbar.

Adapun lima KHG tersebut diantaranya KHG Sungai Pawan-Sungai Tolak, KHG Sungai Durian-Sungai Kualan, KHG Sungai Tolak-Sungai Siduk, KHG Sungai Matan-Sungai Rantau Panjang, dan KHG Sungai Matan-Sungai Semandang.

“Kelima KHG ini dipilih karena memiliki riwayat kebakaran hutan dan lahan serta menjadi target restorasi ekosistem gambut oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM)” tambah Andre.

Menurutnya, pemantauan dilakukan oleh 10 orang anak muda yang sebelumnya sudah dilatih oleh Walhi Kalimantan Barat yang terdiri atas 4 orang perempuan dan 6 diantaranya laki-laki yang dibagi menjadi 5 kelompok. Proses pemantauan ini juga melibatkan masyarakat lokal sebagai pemandu di lapangan.

Menggunakan metode pemantauan berbasis android dengan menggunakan aplikasi Avenza Maps dan juga OsmAnd, pengecekan kondisi infrastruktur restorasi gambut dilakukan. Kedua aplikasi ini pertama kali digunakan Walhi Kalbar untuk melakukan pemantauan.

Joko Waluyo, Fasilitator Pelatihan Pemantauan menjelaskan bahwa metode yang digunakan saat ini lebih mudah dan tingkat efisiensinya tinggi. Karena data-data yang diperoleh di lapangan bisa langsung dikirim secara online.

“Karena model pemantauan ini online semua, meskipun kawan-kawan tim belum datang kita sudah bisa mendapatkan data, karena data dikirim secara online. Metode yang kita gunakan saat ini sangat mempermudah dan tingkat efisiensi kita lebih baik karena data langsung dikirim dan kita langsung bisa koreksi,” pungkasnya saat mengisi sesi Focus Group Discussion (FGD) di Aston (18/04).

Kelebihan lain dari aplikasi pemantauan ini ungkap Joko adalah mampu menghemat waktu, pendanaan serta mudah dibawa saat berada di lapangan. Karena tidak memerlukan alat bantu lain. Hanya saja saat proses mengunggah data memerlukan koneksi sinyal internet yang memadai. “Alat dan cara pemantauan kali ini bisa direkomendasikan jika melakukan kegiatan yang sama ke depannya. Metode ini lebih efisien,” sambungnya.

Selain mengecek infrastruktur restorasi ekosistem gambut, dilakukan juga wawancara kepada pemerintah desa, tokoh masyarakat, perwakilan perempuan serta masyarakat untuk mengetahui sejauh mana dampak yang diperoleh setelah adanya aktivitas pembangunan infrastruktur pembasahan tersebut. Proses pemantauan restorasi gambut tersebut berlangsung selama 1 minggu sejak tanggal 13 April sampai dengan 20 April 2022.


[Tim WK/MA]


Wednesday, August 31, 2022

Walhi Kalbar Dorong Anak Muda Pantau Restorasi Gambut

Walhi Kalbar Dorong Anak Muda Pantau Restorasi Gambut. Ilustrasi gambut freepik.com

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan Barat melaksanakan Pelatihan Pemantauan Restorasi Gambut yang melibatkan sejumlah anak muda. Sebanyak 14 peserta mahasiswa yang berasal dari kampus Universitas Tanjungpura dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak mengikuti pelatihan di Ruang Keriung, Hotel Aston Pontianak pada 18 sampai denggan 20 Maret 2022.

Direktur Eksekutif Walhi Kalimantan Barat, Nikodemus Ale menyebut bahwa ada 7 provinsi di Indonesia yang menjadi target restorasi gambut yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua. Peristiwa kebakaran hutan yang banyak terjadi di kawasan gambut menurutnya tanggung jawab pemulihannya berada di tangan perusahaan. Untuk memastikan perusahaan melaksanakan tanggung jawabnya, perlu ada pihak yang melakukan kontrol – dalam hal ini Walhi Kalbar, untuk melihat sejauh mana upaya restorasi gambut oleh perusahaan.

“Apakah kepatuhaan ini berjalan dengan baik dan apakah dalam proses restorasi ini berjalan baik? Negara tidak bisa mengetahuinya, makanya ada pemantauan untuk melihat apakah restorasi ini berjalan dengan baik, itu pihak ketiga (Walhi Kalbar) yang melakukan pemantauan dan menyapikan hasil pemantauan kepada negara. Kenapa gambut ini mau kita pantau? Karena gambut merupakan isu seksi khususnya di Indonesia,” jelasnya saat memberikan sambutan (18/03).

Lebih lanjut, Niko menyebut bahwa tujuan pemantauan tersebut diantaranya; pertama, memperluas jaringan kelompok muda dan mahasiswa dalam pelibatan pemantauan isu lingkungan hidup, kedua meningkatkan pengetahuan pemahaman kelompok muda untuk memahami ekosistem gambut dan tanggung jawab restorasi gambut, ketiga memberi pembekalan kepada peserta tentang cara melakukan pemantauan restorasi dan karhutla dan keempat memberi pembekalan kepada peserta tentang teknik menyampaikan hasil pemantauan restorasi gambut.

Selain itu, Niko berharap agar aktivitas pemantauan yang akan dilakukan bisa berkontribusi bagi negara. “Bagaimana kita mengemas informasi untuk disampaikan ke negara ini yang menjadi penting. Kita berharap melalui proses fasilitasi yang dilakukan, bisa membawa kegiatan ini menghasilkan sesuatu yang bisa disampaikan ke publik terkait pengelolaan gambut di Kalbar. Selamat mengikuti pelatihan. Melalui kegiatan selama 3 hari ini, berharap peserta bisa menyerap ilmu yang akan disampaikan oleh fasilitator yang nantinya bisa terapkan ketika terjun kelapangan langsung,” pungkas Niko.

 

Kegiatan pelatihan dipandu oleh Joko Waluyo selaku fasilitator yang dibantu oleh Ronny Christantoro selaku Trainer yang dilangsungkan selama 3 hari ini, memberikan berbagai informasi terkait gambut, kebijakan restorasi, sejarah karhutla, status kerusakan dan prioritas pemulihan gambut di Indonesia, serta perencanaan restorasi gambut di Kalimantan Barat. Di samping itu, peserta juga dibekali dengan teknik pemantauan gambut dengan menggunakan aplikasi pemantauan sederhana seperti Avenza Maps dan OsmAnd.

 

Untuk mengoptimalkan kemampuan dalam menggunakan aplikasi tersebut, para peserta diajak untuk praktek pemantauan di sekitar area Kota Pontianak dengan membagi menjadi 7 kelompok yang setiap kelompoknya terdiri atas 2 orang. Setiap kelompok melalui pelatihan ini diberikan titik koordinat yang harus dikunjungi. Apabila sudah sampai di titik koordinat yang dimaksud, peserta harus mengambil foto empat arah menuju objek bangunan menggunakan aplikasi Avenza Maps. Sementara itu, aplikasi OsmAnd digunakan untuk menemukan rute paling mudah dan tercepat menuju titik koordinat.

 

Salah satu peserta, Tri Pandito Wibowo merasa bahwa pelatihan ini membuatnya mampu memahami konsep restorasi sebagai upaya pemulihan ekosistem gambut yang terdegradasi. Ia juga berharap agar ke depan pelatihan serupa bisa dilaksanakan agar masyarakat bisa mengetahui tentang aktivitas restorasi gambut.

 

“Terima kasih kepada Walhi Kalimantan Barat yang sudah memberikan ruang untuk saya belajar mengenai restorasi gambut, semoga pelatihan mengenai restorasi gambut dapat dilakasanakan agar masyarakat lebih mengetahui restorasi gambut, sebab isu lingkungan dan restorasi lahan gambut merupakan tanggung jawab kita bersama,” jelas Bowo saat dihubungi melalui WhatsApp (24/06).

[Tim WK/MA]

Thursday, June 16, 2022

KDLH XVII Walhi Kalbar Tawarkan Konsep WKR Atasi Krisis Iklim

Suasana Diskusi dengan topik 'Update Kondisi dan Advokasi Lingkungan Hidup Nasional, Internasional dan Daerah'
pada rangkaian KDLH XVII Walhi Kalimantan Barat, Kamis (19/5/2022)

Mengusung tema “Berlawan di Tengah Krisis Iklim dan Bencana Ekologis” Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kalimantan Barat melaksanakan kegiatan tahunan Konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (KDLH) XVII pada 19-20 Mei 2022 di Hotel 95 Pontianak.

Dalam sambutannya, Ketua Panitia sekaligus Dewan Daerah Walhi Kalbar Agapitus menyebutkan bahwa pelaksanaan KDLH XVII sebagai bagian menjalankan mandat organisasi, yang melaporkan perkembangan dan kerja-kerja organisasi di tahun 2021 lalu.

Selain dihadiri oleh Dewan Daerah dan Eksekutif Daerah, KDLH ini juga diramaikan dengan kehadiran Anggota Lembaga dan Anggota Individu Walhi Kalbar.

“Kita sudah mengirimkan undangan dua minggu yang lalu, baik melalui email maupun langsung di WhatsApp masing-masing, dan sudah ada konfirmasi hadir semua dari peserta yang bisa dihubungi. Ada beberapa anggota individu yang sudah tidak jelas kontak dan alamatnya. Semua lembaga anggota bisa hadir, tetapi ada satu anggota lembaga yaitu Institut Menua Punjung (IMP) baru konfirmasi tadi malam bahwa tidak bisa hadir karena ada kegiatan mendadak,” ujarnya saat menyampaikan laporan Panitia (19/05).

Pada kesempatan ini ada beberapa agenda penting yang dilaksanakan antara lain memperoleh gambaran perkembangan kondisi dan advokasi lingkungan hidup di daerah, nasional dan internasional, penyampaian program kerja tahun 2021, pembahasan rencana kerja tahun 2022, serta pembahasan terkait keanggotaan Walhi Kalbar.

Direktur Eksekutif Daerah Walhi Kalbar, Nikodemus Ale dalam sambutannya menyebut bahwa kondisi lingkungan hidup di Kalimantan Barat menurun. Hal tersebut terjadi karena praktek penyelenggaraan pembangunan oleh pemerintah menggunakan konsep yang tidak ramah lingkungan dan dampaknya mengorbankan seluruh rakyat di Kalimantan Barat. Eksploitasi terjadi di banyak wilayah sehingga berakibat pada bencana ekologis. Semangat pembangunan berbasis hutan dan lahan di semua kabupaten di Kalimantan Barat perlu direvisi.

“Tahun ini (2021) tahun penutup yang paling suram di Kalbar karena bencana banjir terjadi hampir di seluruh Kalbar, terutama di Kabupaten Sintang dan Pak Jokowi saat itu datang karena bencana ekologis terjadi,” jelasnya saat menyampaikan informasi terbaru kondisi lingkungan hidup di Kalbar (19/05).

Merespon kondisi tersebut Walhi Kalbar menawarkan konsep pembangunan berbasis wilayah kelola rakyat. Menurut Niko konsep kearifan lokal oleh masyarakat inilah yang paling baik untuk menjaga keseimbangan lingkungan. “Kita yakin konsep ini akan sangat tepat karena konsep ini sangat dekat dengan lingkungan,” pungkasnya.

Di kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Nasional Walhi, Zenzi Suhadi menyampaikan beberapa update terkait kondisi lingkungan hidup baik nasional maupun internasional. Kondisi tersebut antara lain mengenai upaya menekan penggunaan energi fosil, minyak dan batu bara yang massif diperbincangkan di forum-forum internasional, isu pangan, mengemukanya isu perdagangan karbon, dan mekanisme pembiayaan iklim.

“Konsespsi wilayah kelola rakyat (WKR) kita dilihat banyak pihak. Kita banyak mendapat komitmen, karena massifnya konsepsi WKR ini, mereka banyak melihat potensi WKR ini menjadi jawaban untuk perubahaan iklim. Konsep WKR ini menujukan pemulihaan lingkungan berbanding lurus dengan pemulihaan ekologi,” jelas Zenzi saat menghadiri KDLH XVII Walhi Kalbar secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting (19/05).

Di tahun 2022 dalam rencana kerja tahunannya Walhi Kalbar masih dengan program kerja yang sama. Akan tetapi, Walhi Kalbar akan melakukan langkah-langkah untuk memaksimalkan capaian di tahun 2021 lalu.

Selain membahas program kerja tahunan, dalam kesempatan ini pula Walhi Kalbar melakukan verifikasi data untuk Anggota Lembaga dan Anggota Individu. Setelah melakukan verifikasi anggota. Selain memberhentikan 18 Anggota Individu, sebanyak 12 orang calon Anggota Individu juga resmi diterima menjadi Anggota Walhi Kalbar. Dengan demikian berdasarkan keputusan forum tertinggi organisasi tersebut, maka sejak 20 Mei 2022 jumlah Anggota Individu Walhi Kalbar saat ini adalah 32 orang.

Selain melaksanakan berbagai agenda penting, momentum KDLH XVII ini juga dijadikan sebagai ajang untuk menyatukan komitmen segenap komponen Walhi Kalbar untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam setiap agenda organisasi. Hal tersebut merupakan langkah yang diambil untuk mendukung kampanye bebas plastik yang bisa merusak lingkungan dan memperburuk krisis iklim.

[Mita Anggraini]

Error 404

Halaman yang Anda cari, tidak dapat ditemukan. Anda mungkin telah salah mengetik alamat atau Anda mungkin telah menggunakan tautan yang kedaluwarsa.

Kembali ke Home